Pages

Rabu, 14 Desember 2011

Implikasi Perubahan Teknology dan Respon Masyarakat Dunia Ketiga

“Perubahan ini bersifat kumulatif .... mereka menambahkan ke sebuah transformasi raksasa dalam cara kita hidup, bekerja, bermain dan berpikir... Apa yang terjadi sekarang tidak kurang dari revolusi global, sebuah lompatan kuantum dalam sejarah... Hal Ini adalah usaha untuk menghalangi perubahan seperti itu, bukan perubahan itu sendiri, yang meningkatkan tingkat risiko. Ini adalah upaya tanpa arah untuk mempertahankan keusangan (kekunoan) yang menciptakan bahaya pertumpahan darah. "
(“THIRD WAVE VISIONS: TECHNOLOGY AS SOCIAL TRANSFORMER”, Toffley 1980:26,452) 

      Dunia saat ini sedang menghadapi sebuah era yang dinamakan era informasi atau gelombang ketiga. Pada abad informasi seperti saat ini, informasi menjadi sebuah komoditas utama diatas segalanya. Jika pada gelombang pertama dan kedua sumber daya manusia dan mesin menjadi sebuah penentu kehidupan, maka pada saat dunia memasuki gelombang ketiga informasi lah yang berada pada urutan paling. Hal ini bisa saya contohkan, seorang petani yang ada di desa dan sedang panen akan semakin mudah dan mendapatkan keuntungan banyak pada saat ia mendapatkan informasi tentang kenaikan harga beras saat itu. Informasi yang didapat oleh petani tersebut bisa dia peroleh dengan menggunakan teknology informasi dan komunikasi, seperti mobile telephone yang menyediakan akses informasi, melalui internet, ataupun melalui radio dan Koran.
   Fenomena diatas menunjukkan bahwa  gaung kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan informasi ternyata bisa diterima dengan luas dan dengan tangan terbuka oleh negara dunia ketiga seperti Indonesia. Bahkan penggunannya pun saat ini tidak hanya di bidang pertanian saja, akan tetapi sudah merambah di bidang kesehatan, pendidikan dan komunikasi. Bentuk tidak Nampak (intangible) dari teknology informasi pun juga diterima negara dunia ketiga dalam hal pengetahuan di bidang mesin dan kesehatan. Terbukti, dengan pengetahuan Indonesia mampu membuat pesawat terbang sendiri.
   Selain pengetahuan yang didapat ternyata banjir teknology yang disambut antusias oleh warga masyarakatnya ternyata membawa pengaruh dan dampak terhadap segala perubahan kehidupan sehari-hari. Masyarakat semakin dimudahkan dengan teknologi tersebut dalam bekerja. Pengaruh teknology ini ternyata secara berangusr-angsur juga mulai menggeser kegunaan asli teknology. Teknology yang awalnya digunakan sesuai dengan fungsinya, secara perlahan mulai digunakan sebagai sebuah penciptaan identitas tertentu. Masyarakat khususnya di negara dunia ketiga sudah tidak lagi memfungsikan teknology sebagaimana fungsinya. Mereka cenderung menggunakan teknology karena ikut-ikutan atau dengan kata lain sedang trend. Mungkin pernytaan seperti, ”jika tidak memakai black berry ketinggalan jaman”. Alhasil pengaruh tersebut kemudian tidak hanya terjadi pada remaja-remaja masa kini, namun juga sudah merambah pada anak-anak. Kesempatan booming Black Berry kemudian digunakan secara cerdas oleh perusahaan-perusahaan mobile telephone untuk membidik pasar masyarakat menengah kebawah. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan membuat ponsel sejenis Black Berry dengan layar lebar dan keyboard Qwerty yang didalamnya juga didukung dengan fasiliast-fasilitas internet, seperti facebook, yahoo messanger, dan twitter. Harga ponsel jenis Qwert ini tentu saja jauh lebih murah dibandingkan dengan merek aslinya Black Berry.
   Perusahaan-perusahaan mobile telephone, seperti nokia, nexian, dan HT Mobile mulai berlomba-lomba menciptakan fitur tambahan yang menarik dan tentunya dengan harga yang miring. Bahkan HT Mobile berani melakukan penjualan produk ponsel Qwerty dengan harga murah kepada masyarakat di Indonesia. Alhasil, antrian panjang para pembeli yang ingin menikmati ponsel mirip Black Berry pun mengular. Produk pun laku layaknya kacang tanah.
  Namun, dibalik itu semua, sebenarnya negara dunia pertama sedang membentuk sebuah gaya hidup konsumerisme masyarakat negara dunia ketiga. Masyarakat negara dunia ketiga dibanjiri dengan teknology dan mereka secara tidak sadar terhegemony olehnya. Negara dunia pertama atau negara industry menggunakan negara dunia ketiga sebagai ladang mendapatkan raw material dan sebagai pembuat terakhir. Maksudny, adalah negara-negara dunia pertama menggunakan sumber daya manusia yang ada di negara dunia ketiga untuk dijadikan pekerja dan buruh rakitan teknologi. Seperti contohnya, adalah perusahaan motor Honda yang berinduk di Jepang, menggunakan pekerja-pekerja Indonesia untuk merakitnya. Perusahaan Honda kemudian menjual produk sepeda motor tersebut di Indonesia tentu dengan harga yang tidak murah. Hal ini justru bukannya semakin membuat negara dunia ketiga menjadi makmur, namun justru semakin memiskinkan negara berkembang tersebut. Penanaman hegemony teknology dilakukan negara dunia pertama dengan cara yang beraneka ragam mulai dari film-film barat yang diputar di bioskop-bioskop Indonesia hingga musik dan gaya hidup para artis Hollywood yang sengaja ditunjukkan melalui majalah luar lokal dan luar negeri.
    Tidak hanya itu, ketidaksiapan negara dunia ketiga menghadapi banjirnya mesin-mesin teknology ternyata juga membuat masyarakatnya semakin mengalami kemunduruan dan pengikisan nilai moral. Jika silaturahmi merupakan rutinitas yang dilakukan pada saat lebaran, maka saat ini silaturahmi bisa dilakukan melalui ponsel dan telephone. Hubungan keluarga mulai menjadi renggang karena tidak saling bertemu satu sama lain. Ruang dan waktu semakin mengalami pengerutan karena teknology komunikasi yang diciptakan. Di sisi yang lain tingkat kriminalitas juga semakin meningkat karena banyaknya anak-anak yang sudah mampu mengakses situs-situs porno. Sebagai bukti, akibat dari video syuur yang dilakukan oleh para artis telah menyebabkan sepuluh anak di bawah umur menjadi tersangka karena telah melakukan tindakan tidak senonoh terhadap teman sebayanya.
   Pengaruh teknology selain semakin memudahkan manusia untuk melakukan segala aktivitasnya ternyata juga mempunyai sisi buruk yang sangat menakutkan. Hal ini bisa dikatakan bahwa sebenarnya teknology itu seperti sebuah mata uang yang berbeda. Teknology sebenarnya sebuah hal yang bebas nilai. Teknology akan menjadi hal yang negative jika ia digunakan dengan cara yang tidak baik. Seperti contohnya, pisau, pisau digunakan untuk memotong akan tetapi pisau sebagai sebuah teknology menjadi berbahaya jika ia digunakan untuk membunh orang.
   Sebagai manusia dan umumnya masyarakat yang tinggal di negara dunia ketiga, teknology seharusnya akan semakin memudahkan dan membuat manusia semakin cerdas dan pintar, karena teknologi merupakan sebuah alat untuk menjembatani pengetahuaan manusia. Manusia mampu menjelajah dunia berkat teknologi, seorang penjual lombak mampu bersaing dengan penjual lainnya juga berkat kemampuan teknology. Namun, terkadang ketidak siapan moral masyarakat membuat teknology yang ada menjadi boomerang bagi mereka. Teknology tidak lagi menjadi sebuah kebanggaan dan senjata dalam memerangi kemiskinan, akan tetapi sebuah bom atom yang setiap saat akan meledak dengan besar.
   Jadi sebagai masyarakat negara dunia ketiga yang bermoral dan cerdas, seharusnyalah kita menggunakan teknology dengan setepat-tepatnya dan seefisien mungkin. Karena teknology adalag bebas nilai.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar