Pages

Sabtu, 24 Desember 2011

DON’T JUDGE THE BOOK FROM THE COVER

Sebuah pengantar menjelang detik-detik akhir tahun.
    Dulu semasa remaja, saya selalu merasa iri terhadap seorang teman yang diberi kelebihan berupa paras cantik, materi yang terckupi, sifat yang baik, prestasi dan karir yang menunjang masa depan. Betapa beruntungnya dia....seandainya saya bisa menjadi seperti dia.
   Saat ini ketika usia sudah mulai menuntut kedewasaan, penilaian tersebut justru berbalik mengenai saya. Begitu mudahnya orang lain menilai tentang diri saya sendiri. Begitu mudahnya orang lain menilai semua yang saya miliki dan terjadi saat ini merupakan sebuah kesempurnaan yang tiada cacat. Padahal jauh didalam terdapat sebuah pengorbanan, kerja keras, air mata, dan perjuangan yang masih jauh terlihat sempurna dari yang mereka bayangkan.
   Kerja keras, pengorbanan, serta air mata yang menandai semua perjuangan sepanjang tahun 2011. Masa depan yang saat ini membentang dengan semua ketidakpastian dan hanya bisa berusaha, berdoa serta menyerahkan semuanya kepada sang Khalik sebagai bekal hidup di tahun-tahun berikutnya.
   Well, apa pun itu penilain positif orang lain terhadap diri saya, akan selalu saya anggap sebagai sebuah Doa yang bermustajab suatu saat nanti. *pesan dari seorang yang bijaksana.

Rabu, 14 Desember 2011

EKOSOTISME HOTEL TUGU MALANG, DAYA TARIK TURIS MANCANEGARA

  Malam itu, seorang teman kebetulan mengajak saya untuk menginap di salah satu hotel berbintang di Malang. Hotel Tugu namanya. Terletak di jalan Tugu Malang. Selama lima tahun tinggal di Malang, baru pertama kali saya mengunjungi dan menginap di hotel yang menjadi salah satu tujuan para turis tersebut.
 Eksotisme Hotel Tugu Malang sudah bisa dilihat pada saat memasuki pintu utama, yang mana terdapat dua buah patung singa berwarna hitam. Selain itu, setiap ruang didesain apik oleh pemiliknya menggunakan tema tertentu, khas Indonesia khususnya Jawa Timur.
  Gaya eksotis lain, yang bisa ditunjukkan oleh Hotel Tugu terdapat pada dekorasi beberapa pintu dan kamar tidur yang didesain dengan beragam ukiran khas Indonesia. Di beberapa kamar, seperti The Apsara Residence terdapat ukiran kayu pada kusen pintu dan tempat tidur.
Kentalnya nilai tradisional Jawa tak hanya terlihat dari ukiran kayu, namun juga pada bentuk tempat tidur yang dibuat dengan gaya kuno lengkap dengan kelambu dan kasur putih khas Indonesia. Terkesan kuno namun sangat elegan.
  Daya tarik lain yang bisa dinikmati pengunjung adalah museum yang dimiliki oleh Hotel Tugu. Menurut salah satu Hotel Tour Guide semua barang yang dipajang di hotel Tugu merupakan koleksi si pemilik Hotel.
  Berbagai macam koleksi pribadi mulai dari sendok kuno jaman Belanda hingga lukisan Oei Tiong Ham, salah satu orang terkaya di Asia saat itu terpajang di salah satu sudut museum bergaya Cina.
  Suasana ruang museum Cina didesain dengan gaya Tionghoa klasik. Tidak hanya lukisan Oei Tiong Ham yang dipajang disitu, sebuah foto perempuan berambut panjang yang membelakangi cermin tampak tergantung di salah satu sudut ruangan. Oei Hui Lan, namanya. Dia adalah putri kesayangan dari Oei Tiong Ham, sang pemilik pabrik Gula.
  Meskipun terlihat manis di foto, namun jika diamati, lama-lama membuat bulu kuduk merinding. Melihat foto gadis itu, ingatan saya langsung tertuju pada sosok Sadako, hantu Jepang bermbut panjang yang keluar dari televisi.
  Tak hanya itu, lukisan sang penguasa, Kubilai Khan dan patung-patung dewa-dewa China, dan kursi-kursi jaman penjajahan Belanda juga terdapat di museum tersebut. Desain dan dekorasi yang dibuat so China membuat, pengunjung seolah-olah berada di China. 
Diambil dari website hotel Tugu, Malang
   Didukung dengan lampu remang-remang dan bau dupa yang menyebar sampai keruangan, membuat museum tersebut seolah-olah mempunyai nilai magis untuk menarik pengunjung yang datang berkunjung ke Hotel Tugu.
  Selain gaya dekorasi China dan Indonesia, dekorasi kuno juga tampak pada lantai-lantai klasik jaman Belanda. Lantai-lantai gaya Belanda yang umumnya berwarna kuning dengan gaya abstrak itu, sudah sangat langka untuk ditemui di toko bangunan manapun. Hanya bisa kita temui pada beberapa bangunan kuno terawat, seperti Balai Pemuda dan beberapa rumah di Kampung Peneleh Surabaya.
  Singkatnya, beberapa bangunan yang didesain sedemikian rupa dengan gaya eksotisme hotel Tugu menjadi daya tarik hotel yang telah berusia dua puluh tahun tersebut menjadi daya tarik yang mampu memikat wisatawan asing dan lokal.
 

Implikasi Perubahan Teknology dan Respon Masyarakat Dunia Ketiga

“Perubahan ini bersifat kumulatif .... mereka menambahkan ke sebuah transformasi raksasa dalam cara kita hidup, bekerja, bermain dan berpikir... Apa yang terjadi sekarang tidak kurang dari revolusi global, sebuah lompatan kuantum dalam sejarah... Hal Ini adalah usaha untuk menghalangi perubahan seperti itu, bukan perubahan itu sendiri, yang meningkatkan tingkat risiko. Ini adalah upaya tanpa arah untuk mempertahankan keusangan (kekunoan) yang menciptakan bahaya pertumpahan darah. "
(“THIRD WAVE VISIONS: TECHNOLOGY AS SOCIAL TRANSFORMER”, Toffley 1980:26,452) 

      Dunia saat ini sedang menghadapi sebuah era yang dinamakan era informasi atau gelombang ketiga. Pada abad informasi seperti saat ini, informasi menjadi sebuah komoditas utama diatas segalanya. Jika pada gelombang pertama dan kedua sumber daya manusia dan mesin menjadi sebuah penentu kehidupan, maka pada saat dunia memasuki gelombang ketiga informasi lah yang berada pada urutan paling. Hal ini bisa saya contohkan, seorang petani yang ada di desa dan sedang panen akan semakin mudah dan mendapatkan keuntungan banyak pada saat ia mendapatkan informasi tentang kenaikan harga beras saat itu. Informasi yang didapat oleh petani tersebut bisa dia peroleh dengan menggunakan teknology informasi dan komunikasi, seperti mobile telephone yang menyediakan akses informasi, melalui internet, ataupun melalui radio dan Koran.
   Fenomena diatas menunjukkan bahwa  gaung kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan informasi ternyata bisa diterima dengan luas dan dengan tangan terbuka oleh negara dunia ketiga seperti Indonesia. Bahkan penggunannya pun saat ini tidak hanya di bidang pertanian saja, akan tetapi sudah merambah di bidang kesehatan, pendidikan dan komunikasi. Bentuk tidak Nampak (intangible) dari teknology informasi pun juga diterima negara dunia ketiga dalam hal pengetahuan di bidang mesin dan kesehatan. Terbukti, dengan pengetahuan Indonesia mampu membuat pesawat terbang sendiri.
   Selain pengetahuan yang didapat ternyata banjir teknology yang disambut antusias oleh warga masyarakatnya ternyata membawa pengaruh dan dampak terhadap segala perubahan kehidupan sehari-hari. Masyarakat semakin dimudahkan dengan teknologi tersebut dalam bekerja. Pengaruh teknology ini ternyata secara berangusr-angsur juga mulai menggeser kegunaan asli teknology. Teknology yang awalnya digunakan sesuai dengan fungsinya, secara perlahan mulai digunakan sebagai sebuah penciptaan identitas tertentu. Masyarakat khususnya di negara dunia ketiga sudah tidak lagi memfungsikan teknology sebagaimana fungsinya. Mereka cenderung menggunakan teknology karena ikut-ikutan atau dengan kata lain sedang trend. Mungkin pernytaan seperti, ”jika tidak memakai black berry ketinggalan jaman”. Alhasil pengaruh tersebut kemudian tidak hanya terjadi pada remaja-remaja masa kini, namun juga sudah merambah pada anak-anak. Kesempatan booming Black Berry kemudian digunakan secara cerdas oleh perusahaan-perusahaan mobile telephone untuk membidik pasar masyarakat menengah kebawah. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan membuat ponsel sejenis Black Berry dengan layar lebar dan keyboard Qwerty yang didalamnya juga didukung dengan fasiliast-fasilitas internet, seperti facebook, yahoo messanger, dan twitter. Harga ponsel jenis Qwert ini tentu saja jauh lebih murah dibandingkan dengan merek aslinya Black Berry.
   Perusahaan-perusahaan mobile telephone, seperti nokia, nexian, dan HT Mobile mulai berlomba-lomba menciptakan fitur tambahan yang menarik dan tentunya dengan harga yang miring. Bahkan HT Mobile berani melakukan penjualan produk ponsel Qwerty dengan harga murah kepada masyarakat di Indonesia. Alhasil, antrian panjang para pembeli yang ingin menikmati ponsel mirip Black Berry pun mengular. Produk pun laku layaknya kacang tanah.
  Namun, dibalik itu semua, sebenarnya negara dunia pertama sedang membentuk sebuah gaya hidup konsumerisme masyarakat negara dunia ketiga. Masyarakat negara dunia ketiga dibanjiri dengan teknology dan mereka secara tidak sadar terhegemony olehnya. Negara dunia pertama atau negara industry menggunakan negara dunia ketiga sebagai ladang mendapatkan raw material dan sebagai pembuat terakhir. Maksudny, adalah negara-negara dunia pertama menggunakan sumber daya manusia yang ada di negara dunia ketiga untuk dijadikan pekerja dan buruh rakitan teknologi. Seperti contohnya, adalah perusahaan motor Honda yang berinduk di Jepang, menggunakan pekerja-pekerja Indonesia untuk merakitnya. Perusahaan Honda kemudian menjual produk sepeda motor tersebut di Indonesia tentu dengan harga yang tidak murah. Hal ini justru bukannya semakin membuat negara dunia ketiga menjadi makmur, namun justru semakin memiskinkan negara berkembang tersebut. Penanaman hegemony teknology dilakukan negara dunia pertama dengan cara yang beraneka ragam mulai dari film-film barat yang diputar di bioskop-bioskop Indonesia hingga musik dan gaya hidup para artis Hollywood yang sengaja ditunjukkan melalui majalah luar lokal dan luar negeri.
    Tidak hanya itu, ketidaksiapan negara dunia ketiga menghadapi banjirnya mesin-mesin teknology ternyata juga membuat masyarakatnya semakin mengalami kemunduruan dan pengikisan nilai moral. Jika silaturahmi merupakan rutinitas yang dilakukan pada saat lebaran, maka saat ini silaturahmi bisa dilakukan melalui ponsel dan telephone. Hubungan keluarga mulai menjadi renggang karena tidak saling bertemu satu sama lain. Ruang dan waktu semakin mengalami pengerutan karena teknology komunikasi yang diciptakan. Di sisi yang lain tingkat kriminalitas juga semakin meningkat karena banyaknya anak-anak yang sudah mampu mengakses situs-situs porno. Sebagai bukti, akibat dari video syuur yang dilakukan oleh para artis telah menyebabkan sepuluh anak di bawah umur menjadi tersangka karena telah melakukan tindakan tidak senonoh terhadap teman sebayanya.
   Pengaruh teknology selain semakin memudahkan manusia untuk melakukan segala aktivitasnya ternyata juga mempunyai sisi buruk yang sangat menakutkan. Hal ini bisa dikatakan bahwa sebenarnya teknology itu seperti sebuah mata uang yang berbeda. Teknology sebenarnya sebuah hal yang bebas nilai. Teknology akan menjadi hal yang negative jika ia digunakan dengan cara yang tidak baik. Seperti contohnya, pisau, pisau digunakan untuk memotong akan tetapi pisau sebagai sebuah teknology menjadi berbahaya jika ia digunakan untuk membunh orang.
   Sebagai manusia dan umumnya masyarakat yang tinggal di negara dunia ketiga, teknology seharusnya akan semakin memudahkan dan membuat manusia semakin cerdas dan pintar, karena teknologi merupakan sebuah alat untuk menjembatani pengetahuaan manusia. Manusia mampu menjelajah dunia berkat teknologi, seorang penjual lombak mampu bersaing dengan penjual lainnya juga berkat kemampuan teknology. Namun, terkadang ketidak siapan moral masyarakat membuat teknology yang ada menjadi boomerang bagi mereka. Teknology tidak lagi menjadi sebuah kebanggaan dan senjata dalam memerangi kemiskinan, akan tetapi sebuah bom atom yang setiap saat akan meledak dengan besar.
   Jadi sebagai masyarakat negara dunia ketiga yang bermoral dan cerdas, seharusnyalah kita menggunakan teknology dengan setepat-tepatnya dan seefisien mungkin. Karena teknology adalag bebas nilai.











Kolektor Uang Kuno: Markus Sajogo Ikut Lelang di Belanda

   Salah satu numismatist terkenal di Surabaya adalah Markus Sajogo. Mengumpulkan uang kuno sudah dilakukan Markus Sajogo tiga puluh tahun silam. Dia memburu uang kuno mulai dari proses lelang sampai informasi teman. Pernah dia sampai berbagai negara, mulai Kanada, Amerika Serikat bahkan sampai Belanda hanya untuk memburu uang kuno. Dalam negeri?”idak jauh-jauh cukup di Jakarta saja,”katanya santai.


  Markus Sajogo memburu uang-uang kuno tersebut sampai ke Belanda. Di sebuah kota bernama Bussum dia biasanya mengikuti pelelangan uang-uang kuno setiap tahunnya. Untuk mengikuti perkembangan pelelangan mata uang kuno biasanya dia dikirimkan sebuah katalog terbaru dari Belanda.


  Hingga saat ini, koleksi uang kuno Markus jika dihitung sampai ribuan item. Uang-uang itu disimpan dalam puluhan album dan didepositkan di salah satu bank di Surabaya. Menurut Markus, nilai uang kuno miliknya bila dirupiahkan mencapai milyaran rupiah.


  Ketika Surabaya Post menelepon untuk meminta ditunjukkan uang kuno koleksinya, Markus esoknya menunjukkan satu album berisi koeksi uang kunonya. Semuanya asli. Salah satunya uang 300 Gulden yang dikeluarkan tahun 1864.


 Menurut Markus, dia harus lebih dulu mengambil koleksinya itu di salah satu bank di Surabaya agar bisa menunjukkan koleksinya kepada Surabaya Post. “Uang 300 Gulden ini belum pernah difoto media lain. Baru Anda yang saya tunjukkan koleksi saya ini,” ujar pendiri Lions Club ini saat ditemui di kediamannya, Jalan Untung Suropati 45 akhir pekan lalu.


  Pria yang saat ini harus berada di kursi roda karena serangan stroke itu kemudian memberi kesempatan kepada Surabaya Post untuk memotret koleksi berharganya itu.


  Sekilas tidak ada yang istimewa pada uang itu. Dari segi ukuran, uang kertas itu lebih besar dari uang kertas Indonesia. Ukuran tepatnya 200x125 mm. Terdapat foto Jan Pieterszoon Coen, gubernur VOC Hindia Belanda yang berkumis tebal, di bagian tengah atas. Terdapat tulisan bahasa Belanda yang bercetak paling besar di uang itu. “Drie Hunderd Gulden” yang artinya 300 Gulden.


  Di bagian atas tulisan nilai uang itu, tertera bank yang mengeluarkannya, yakni “De Javasche Bank” (nama Bank Indonesia zaman kolonial Belanda). Tahun pengeluaran uang tertera di bawah tulisan nilai mata uang, yakni 1864.


  “Dulu pernah ada orang asing menawar uang 300 gulden ini Rp 200 juta, tapi tidak saya berikan karena uang ini sudah menjadi bagian dari hidup saya,” ujar Markus dengan bangga.


 Menurut Markus, untuk menjadi seorang numismatist profesional, koleksi idealnya dimulai dengan urutan tahun, khusus untuk uang Nusantara. Baru memburu uang kuno luar negeri. ”Namun, banyak di antara para kolektor yang tidak lengkap koleksi uang Nusantaranya. Koleksinya ‘bolong-bolong’. Tahun pengeluaran uang kunonya banyak yang tidak urut,” ujarnya.


 Menurut pria yang mengklaim sebagai kolektor uang kertas kuno Nusantara terlengkap di Jawa Timur itu, uang kuno dikatakan uang Nusantara karena sudah ada sejak kata Indonesia belum ada. Dengan kata lain, uang itu dibuat sebelum Indonesia merdeka.


  Markus juga mengaku dirinya bukan hanya kolektor, tetapi juga menjadikan uang kuno sebagai investasi. “Uang kuno itu kan harganya mahal. Kalau disimpan, tiap tahun harganya akan naik terus. Itu kan sama saja saya menabung,” tuturnya sambil tersenyum.


  Apa pernah menjual uang kuno koleksinya? ”Walaupun saya belum pernah menjualnya, saya selalu optimistis nilai penjualan mata uang kuno selalu meningkat setiap tahunnya,” kata kakek bercucu tiga tersebut.




Toko Uang Kuno


  Bicara tentang jual beli uang kuno, di Surabaya saat ini terdapat toko benda antik yang juga menjual uang kuno. Misalnya Java Coins, sebuah toko di lantai ground di Pakuwon Trade Center (PTC) Surabaya Barat milik Ibnu Soekarno.


  Pengamatan Surabaya Post, tiap hari selalu ada orang yang mampir ke toko itu, sekedar melihat atau membeli. Siang itu, seorang pria mengamat-amati uang koin dengan kaca pembesar yang disediakan pihak toko. “Aku mau beli koin kuno untuk melengkapi koleksi di rumah,” tuturnya.


  Ibnu Soekarno sendiri selain memajang uang kuno di tokonya juga masih memiliki banyak simpanan uang kuno di rumahnya, Jl Raya Dukung Kupang Surabaya. Saat Surabaya Post berkunjung ke rumahnya, terlihat etalase berukuran lebar 50 cm, panjang 2 meter, dan tinggi 1 meter penuh koleksi uang kertas dan koin kuno.


 Ibnu mengatakan, uang kertas diminati daripada koin. Menurut pendapatnya, itu karena uang kertas kuno mempunyai banyak variasi gambar dan warna. Menurut dia, tantangan memiliki uang kertas kuno adalah pada cara merawatnya. “Tidak boleh terlipat, kena flek, dan ada bercak noda. Jadi, menyimpannya memang harus hati-hati,” ujarnya.


  Dia menambahkan, gambar yang tertera di uang kertas kuno bisa menjelaskan kondisi Indonesia saat uang itu dikeluarkan. Contohnya gambar orang menyadap karet yang terdapat pada Rp 50 tahun 1947. “Maknanya pada tahun 1947 kondisi perekoniman Indonesia sedang membaik. Sektor perekonomian terbaik saat itu berada di Karet dan Tembakau,” kata dia.


  Makna lain di balik uang kertas adalah nomor seri tertentu sering digunakan sebagai tradisi orang-orang Jawa kuno untuk mahar pernikahan. Contohnya tanggal pernikahan yang jatuh pada 160808, maka mahar adalah uang Rp 160.000, Rp 800, dan pecahan Rp 1, Rp 2, dan Rp 5.


  Ada beberapa koleksi uang kertas kuno milik Ibnu yang sepintas terlihat ganjil. Sebab, uang-uang kertas itu hanya separuh dan terlihat bekas disobek. Separuhnya entah ke mana. Ternyata menurut Ibnu, uang kertas yang hanya separuh itu menyimpan sejarah.


  “Pemerintah saat itu sengaja memotong uang sebagai bukti obligasi atau surat utang. Konon saat uang itu dipotong, nilainya menjadi 10% atau bahkan 50%. Karena itu, banyak orang kaya yang menjadi stress,” ujar Ibnu yang kemudian menunjukkan contoh uang keras seri gajah Rp 1.000 keluaran 1957 yang dipotong hingga nilanya menjadi Rp 100.


  Menurut Adi Pratomo, kolektor uang kuno yang juga teman Ibnu, dengan uang kita bisa melihat sejarah tanpa rekayasa. Sebab, dari uang kita bisa tahu sejarah yang baik atau yang buruk. Namun, tidak banyak ahli sejarah yang tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenainya. ”Meneliti uang kuno dianggap tidak mempunyai nilai jual, ” kata Adi yang juga dikenal sebagai pemecah kode-kode uang Ori.


  Di kalangan kolektor uang kuno, ada uang kuno yang sangat mahal dan diburu para kolektor. Yaitu uang 600 ORI keluaran tahun 1948 yang hanya berjumlah 24 lembar di seluruh dunia. Uang 600 ORI itu adalah uang yang tidak jadi diedarkan oleh Bank Indonesia.


  Menurut Markus Sajogo maupun Ibnu Soekarno, Bank Indonesia saat itu hanya menyelesaikan gambar depannya saja. Uang itu saat ini berada di tangan orang yang dulu diberi oleh orang yang mencetak uang tersebut. Uang yang hanya berjumlah 24 lembar di dunia itu saat ini berharga di kisaran Rp 40.000.000 sampai Rp 50.000.000. (*)


(Sumber: Surabaya Post, Selasa, 4 November 2008)

Aku dan Duniaku

Aku dan Duniaku. Itulah judul dari blog pertama ku ini. Sesuai dengan nama blog ku, halaman ini berisikan tentang duniaku serta tulisan yang sudah aku hasilkan selama menjadi wartawan dan menjadi penulis lepas.
Senang rasanya akhirnya aku Punya Blog Sendiri...
Hidup Memang layak untuk Didokumentasikan ke dalam Sebuah Tulisan.....
This Is It....

My Blog Me And My World.................Enjoy it..